Rabu, 17 Oktober 2012

Hanya Cerita Sederhana

Ni Luh Putu Nita Ayuanita. Kelahiran kota Jakarta pada tanggal 14 Mei 1994. Saya asli keturunan dari Pulau Dewata (Bali). Kedua orang tua saya pun asli keturunan Bali. Saya terlahir sebagai seorang yang beragama Hindu.

Saya adalah seorang anak yang berjiwa seperti anak laki-laki (alias tomboy). Semua ini adalah faktor sejak kecil, yaitu saya selalu bermain dengan anak laki-laki. Dan memang saat saya kecil, tepatnya dengan usia yang belum genap 4 tahun, saya hanya memiliki teman anak laki-laki. Namun, saya senang bermain dengan anak laki-laki, karena menurut saya anak laki-laki itu simple. Ketika usiaku 4 tahun, saya pindah rumah ke kabupaten Bogor, yaitu tempat tinggal saya sampai saat ini. Sesampainya di rumah yang saat ini pun, saya mendapat teman anak laki-laki. Maka dari itu aku sering dibilang tomboy dan tingkah laku saya seperti anak laki-laki, tetapi masih dalam tingkat wajar. Karena saya masih merasa kalau saya adalah anak permpuan.

Sejak kecil, saya sudah diajarkan membaca, menulis, berhitung oleh ibuku selayaknya anak-anak pada umumnya. Tetapi entah mengapa, dulu saya termasuk anak yang cepat tanggap. Ketika usia saya 4 tahun, saya pernah disangka orang-orang kalu saya sudah bersekolah. Hanya karena saya saat itu sudah bisa membaca koran. Tahun 1999 saya pun menginjak masa TK selama 1 tahun.

Tahun 2000, saya mulai masuk tingkat Sekolah Dasar (SD). Saya bersekolah di SDN Jatiasih VI. Selama 6 tahun bersekolah di sana, saya selalu mendapat peringkat di kelas, mulai dari peringkat 1, 2, 3, dan 5 pernah saya dapatkan. Setiap kenaikan kelas saya pun selalu membawa pulang piala. Namun, saya sempat 1 kali tidak membawa pulang piala seperti biasanya, yaitu saat saya duduk di bangku kelas 5 SD. Semua itu terjadi akibat faktor guru yang kurang memuaskan dalam mengajarnya. Saya pun mendapat semua peringkat itu tidak dengan cara mudah. Saat saya duduk di bangku kelas 4 SD, saya sudah mulai bersaing dengan temanku. Kami berdua selalu bersaing nilai dan peringkat tentunya. Karena saya tidak akan mau kalah dengan teman saya itu. Saya harus bisa mempertahankan prestasi saya itu.
Lulus dari Sekolah Dasar, saya mengikuti kolektif masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri dengan modal NEM UN. Namun, ternyata saya tidak lolos seleksi dengan nilai NEM. Akhirnya saya pun memutuskan untuk mengikuti tes. Karena guru saya percaya dan tetap pada pendiriannya bahwa saya bisa masuk SMP Negeri seperti yang diharapkannya dan juga orang tua saya. Tes berjalan begitu baik menurut saya. Namun, ternyata perkiraan guru saya itu salah. Saya tidak lolos dalam tes. Ayah saya yang saat itu menemani untuk melihat hasil tes ternyata dengan kecewa dan berat hati harus menerima bahwa saya tidak lolos. Saya tergeser jauh dengan orang-orang yang masuk ke SMP Negeri itu dengan bermain uang. Namun,  rasa ikhlas membuat saya cukup kuat menerimanya.

Tahun 2006 itu saya akhirnya bersekolah di SMP Tulus Bhakti. Di SMP ini, saya menemukan 1 hobby yang ternyata terus mengalir sampai saat ini. Saya mengikuti ekstrakulikuler beladiri Taekwondo. Ekstrakulikuler yang awalnya hanya coba-coba, malah menjadi mendarah daging sampai saat ini. Dari Taekwondo ini, saya mendapatkan banyak ilmu, banyak prestasi walaupun belum seberapa. Sejak kelas 2 SMP, saya sudah mengikuti kejuaraan-kejuaraan Taekwondo. Medali pun sudah cukup banyak saya dapatkan, mulai dari medali perunggu, medali perak sampai medali emas. Cidera pun sering saya dapatkan saat latihan dan saat bertanding. Namun, semua itu tidak membuat saya berhenti disitu saja. Saya tetap melanjutkan hobbyku dibidang ini sampai sekarang.

3 tahun saya menduduki bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Tahun 2009, saya lulus dengan hasil yang lumayan memuaskan. Saya pun bertekad untuk bisa bersekolah di SMA Negeri. Karena keinginan saya yang ingin membuat orang tua saya kecewa, seperti saat masuk SMP dulu. Ahirnya proses yang menyulitkan pun membuat saya bisa menempati SMA Negeri.

Tahun 2009 itu pun mengawali pejalanan saya di SMA Negeri 11 Bekasi. Saat kalas 2 SMA, saya menempati kelas IPA. Susah-susah gampang hidup di jurusan IPA, namun semua itu dapat saya atasi dengan belajar. Jurusan IPA sangat banyak saingannya. Saya sempat minder, namun bisa maju juga. Kelas yang saya tempai waktu itu adalah kelas dimana urutan ranking di kelas 1 SMA yang tertinggi. Kebetulan saya bisa berada pada salah satu diantaranya, jadi saya bisa masuk di kelas XI IPA 1. Di kelas itu, semua murid benar-benar bersaing, termasuk saya. Syaa akui, memang susah untuk mengejar nilai-nilai dan ilmu mereka semua. Namun, saya tidak putus asa, justru saya senang karena kelas itu laah yang memacu saya untuk mendapatkan nilai yang bagus meskipun saya tidak bisa masuk di ranking 10 besar. 

Tahun 2012 pun meluluskan saya dari SMA dan saya pun berjuang untuk mendapatkan Universitas Negeri. Dengan mengikuti SNMPTN Undangan, namun aku tidak lolos. Tidak putus asa, saya pun mengikuti SNMPTM Tertulis. Saya sudah berusaha keras, namun apa daya saya tidak lolos juga. Akhirnya saya pun memilih untuk mendaftar di Universita Gunadarma, yang sekarang ini menjadi tempat saya mencari ilmu. Jurusan Teknik Informatika pun saya pilih untuk menjadi awal masa depan saya. 

Saat ini saya hanya ingin menjadi anak yang bisa membanggakan bagi orang tua saya. Dan bisa mewujudkan cita-cita saya.

0 comments:

Posting Komentar

www.lowongankerjababysitter.com www.lowongankerjapembanturumahtangga.com www.lowonganperawatlansia.com www.lowonganperawatlansia.com www.yayasanperawatlansia.com www.penyalurpembanturumahtanggaku.com www.bajubatikmodernku.com www.bestdaytradingstrategyy.com www.paketpernikahanmurahjakarta.com www.paketweddingorganizerjakarta.com www.undanganpernikahanunikmurah.com